Selamat bulan oktober kawan..
Selamat menempuh masa-masa paling kritis dalam dunia SHS untuk kawan seperjuangan saya yang sedang berjuang. Kali ini saya ingin berbagi pengalaman saya dalam mempersiapkan, menghadapi dan menyikapi kelulusan serta kelanjutannya. Semoga bermanfaat bagi kawan-kawan semua :D
Saya tidak ingat bagaimana saya sampai hingga memasuki masa-masa “sering latihan” dan “tiap hari latihan” soal-soal ujian nasional. Jujur saja saya menyelesaikan 100% materi ujian baru h-1 ujian, dan itu bukanlah sesuatu yang membanggakan mengingat saya 2 tahun dipersiapkan untuk ujian dan baru selesai mengkaji tepat sehari sebelum ujian. (ini jangan dicontoh ya gaes). Masa-masa sering latihan inilah yang memiliki peran besar dalam kesiapan saya menghadapi ujian, mengingat saya tidak mengikuti les di bimbel manapun, sedangkan teman sekelas saya yang lain sudah mulai bimbingan bahkan sejak tahun pertama. Saya juga menemukan bahwa saya seperti hilang di banyak materi pelajaran ketika teman-teman saya sedang berdiskusi. Sebenarnya disitulah pressure yang saya alami sebenarnya. Yang saya pikirkan saat itu adalah “yaudahlah, mau gimana lagi?” .Dan pada saat itulah saya benar-benar merasa pasrah dan bukannya mengejar ketertinggalan saya, tetapi lebih ingin memperbaiki kualitas ibadah saya.
Lalu entah seperti mendapat kekuatan baru (berasa avatar) saya lalu membuat peta rencana saya untuk 3 bulan tersisa saat itu. Saya benar-benar harus mengejar ketertinggalan saya sedang pada waktu itu materi kelas XII bahkan belum selesai kami pelajari. Akhirnya saya memutuskan bahwa satu-satunya waktu luang dan paling efektif untuk mempelajari soal ujian nasional adalah ketika try out dan pembahasannya. Di saat itulah saya merasa perjuangan saya di masa SMA mencapai klimaksnya. Pulang jam tambahan jam 3, tidur sampai maghrib, belajar sampai jam 10, tidur sampai jam 1, belajar sampai jam 4, tidur sampai jam 6, lalu sekolah lagi. Berasa zombie waktu itu dan sekarang saya masih tidak percaya saya pernah melakukannya. Haha. Nggak setiap hari selama 3 bulan juga sih, itu cuma ketika paginya try out, jadi malam sebelumnya fokus pada mapel yang besoknya akan di tryout kan.
Akhirnya menjelang masa critical time, dimana h-7 dan saya sama sekali belum dapat dikatakan siap untuk ujian nasional. Bayangkan saja, setiap latihan, nilai saya belum pernah menembus rata >8 saat itu dan itu membuat saya gila. Dalam kepanikan akhirnya saya membuat peta yang lebih tematik lagi. Per mapel saya analisis berapa % kesiapan saya. Matematika 60%, Biologi 90%, Fisika 80%, Kimia 70%, Bahasa inggris 100%, dan Bahasa Indonesia 60%. (Ini benar-benar saya lakukan gaess). Lalu dalam 7 hari itu saya bagi lagi hingga berapa jam efektif saya belajar dan membuat skala prioritas terjadwal rapih hingga h-1 hari UN per mapelnya., juga target nilai terendah yang harus saya capai, dengan melihat hasil nilai try out saya.
Akhirnya sampailah pada hari eksekusi dimana kegalauan, kebimbangan, dan kesusahan saya seperti terakumulasi pada hari itu. Tidak bermaksud lebay apalagi alay, tetapi soal UN kemarin memang cukup membuat nyesek Pakde, dimana sangat soalnya jauh dari soal-soal yang diprediksi sebelumnya. Tidak hanya itu, bahasa inggris yang tadinya saya proyeksikan mendapat nilai tertinggi, ternyata sangat jauh dari kenyataan. Dari mulai aksen bahasa listening nya, hingga kosakata, semua jauh lebih sulit dari yang saya kira (dan agaknya teman-teman saya juga berfikiran begitu). Itu kali kedua saya merasa putus asa dan memiliki pemikiran “ya sudahlah”. Hikmah yang bisa saya ambil setelah itu adalah Setidaknya saya sudah mempersiapkan hati saya untuk kemungkinan terburuk.
Akhirnya, jeng jeng. Pada saat pengumuman, ternyata nilai saya tidak seburuk yang saya bayangkan dan cukup memenuhi target h-7 UN bila diakumulasikan. Yah, meskipun jauh dari target saya sebelum masuk SMA, tetapi saya mengapresiasi kerja keras saya sendiri dan sangat bersyukur akan hal itu.
Seminggu setelahnya saya dinyatakan tidak lolos SNMPTN, rasanya seperti saya harus berlari lagi karena tidak ada persiapan apapun untuk mengikuti SBMPTN. Akhirnya saya mengalihkan fokus saya untuk membidik sekolah kedinasan, dengan salah satu pertimbangannya tidak perlu belajar kimia lagi (saya gila dengan satu mapel ini, sebaik dan sepandai apapun gurunya, tetapi belum dicoba guru yang ganteng *apasih* *abaikan*).Selanjutnya saya mengikuti seleksi STIS, lolos tahap 1 sih, tapi gagal di tahap 2 dimana itu adalah psikotes (ini sempat membuat saya berfikir mungkin saya benar-benar po'o). Rasanya sama seperti ketika gagal SNMPTN. Galau sedih bingung, entahlah. Lalu saya mengikuti seleksi di UMY dengan memilih jurusan yang benar-benar bukan saya banget -_- Lolos tahap 1, dan menunggu tahap 2. Saat itu saya sudah mengikuti tes tahap 1 STAN dan SBMPTN (menunggu pengumuman). Hingga suatu hari kakak kelas saya mengirim sms yang isinya saya lolos STAN tahap 1. Akhirnya saya berani untuk tidak meneruskan seleksi di UMY.
Tibalah pada hari pengumuman SBMPTN (jujur saja saya sudah pesimis karena saya kembali memilih prodi yang gagal saya dapatkan di SNMPTN, dan saya merasa saya tidak mengerjakan soal dengan maksimal karena fokus saya masuk STAN saat itu). Pengumuman jam 5, dan server penuh. Pengumuman bisa dibuka setelah saya shalat magrib. Alhamdulillah karena pada akhirnya saya lolos di pilihan pertama yang juga prodi impian saya (disamping teknik geologi). Setelah berdiskusi dengan orang tua, kerabat, pacar (ups, lupa kalo jomblo. Haha XD) dan banyak shalat istikharah, akhirnya (kebanyakan kata akhirnya kayak e ya-_-) saya memutuskan untuk tidak melanjutkan seleksi STAN dan fokus di geofisika ini. Salah satu alasannya adalah jurusan-jurusan di STAN sangat asing dengan pembelajaran saya di SMA, saya takut tidak dapat mengikuti dengan baik. Lagipula udah jatuh cinta sama kebumian sih. Insha Allah dengan do what I love, do it with love, saya berharap dan berdoa bisa kuliah tidak hanya untuk hidup ke depan, tetapi menjalani kuliah sebagai hidup saya.
Jadi teman-teman, jangan sampai kalian mengalami hal seperti saya ya, persiapkan UN dengan sebaik-baiknya. Jangan anggap itu syarat kelulusan, tapi itu adalah tolak ukur keberhasilan kalian menghabiskan waktu selama 3 tahun dalam hidupmu. Meskipun begitu, jangan lupa apresiasi diri kamu sendiri, dengan lebih mempercayai kemampuan kalian daripada mengandalkan orang lain. Ini mungkin puitis banget, tapi waktu saya nerapin ini selama 2 tahun masa SMA saya, saya sangat bersyukur dan lebih merasa hidup saya nggak sia-sia. Coba deh!. Ingat gaess, kerja keras tidak akan mengecewakan kita. Abis itu kalau belum diterima di satu pilihan, jangan ragu, jangan takut, dan jangan sampai ketinggalan buat nyoba yang lain. Don't ever miss any chance. O iya, jangan sampe meremehkan kekuatan doa dan restu orang tua. Itu benar-benar luar biasa gaess. Selamat bersiap kawan ^^ Semoga sukses! -FIN