Berbicara mengenai gunung api aktif di Indonesia,
Gunung Merapi tak akan pernah luput dari ingatan kita. Namanya yang tidak
pernah lepas dari berita tiap dekade, adalah satu dari gunung berapi yang
paling aktif di Indonesia. Periode erupsinya adalah 3 s.d 10 tahun, dan memiiki
dua tipe letusan yakni effusif dan eksplosif. Untuk lebih jelasnya, mari kita
bahas perkenalan lebih dalam kita dengan gunung ini secara menyeluruh dari poin
ke poin.
Letak Geografis dan Astronomis
Gunung Merapi terletak di perbatasan Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah. Gunung ini berdiri di atas empat
Kabupaten, yakni Sleman di bagian selatan, Magelang di bagian Barat-Utara,
Boyolali di bagian Utara-Timur, dan Klaten di bagian tenggara. Secara
astronomis, Gunung Merapi terletak di (-7.54°S / 110.44°E)
Sejarah Pembentukan dan Identifikasinya
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung yang
berada di busur gunung api tepi Benua Eurasia, dimana ia terbentuk akibat
penunjaman lempeng samudra Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia yang
letaknya berada di selatan Pulau Jawa. Pelelehan lempeng Indo-Australia yang
menunjam ke bawah Lempeng Eurasia menyebabkan lelehan lempeng yang berupa magma
bergerak ke permukaan melalui rekahan lempeng, dan terbentuklah busur gunung api
tepi benua di sepanjang Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan sekitarnya dan salah
satunya adalah Gunung Merapi.
Tubuh Gunung Merapi setinggi 2917 meter di atas
permukaan air laut ini terbentuk dari lapisan endapan piroklastik dan aliran
lava. Magma penyusunnya bersifat andesit-basaltik dengan kandungan oksida
silika berkisar antara 52% hingga 56%. Gunung Merapi termasuk gunung berapi
bertipe “strato”, yakni gunung yang terbentuk akibat erupsi campuran antara
effusif dan eksplosif yang bergantian secara terus menerus. Erupsi effusif
ditandai dengan magmanya yang encer dan membentuk kubah lava (fase
konstruktif). Sedangkan erupsi eksplosif ditandai dengan kandungan gas yang
banyak yang menyebabkan tekanan yang besar pada magma menyebabkan terjadinya
erupsi yang menghancurkan kubah lava (fase destruktif). Pergantian tipe erupsi
ini menyebabkan lerengnya berlapis-lapis dan terdiri atas berbagai macam
batuan. Magma Gunung Merapi sendiri memiliki kandungan gas yang sangat tinggi,
sehingga berpotensi untuk menghimpun energi yang sangat besar yang berasosiasi
dengan erupsi eksplosif yang besar pula.
Material yang Dikeluarkan ketika Erupsi
Ketika erupsi, Gunung Merapi mengeluarkan
material-material berupa:
- Effusif (cair),
yakni berupa lava dan lahar panas. Lava adalah magma yang keluar dari
gunung api saat terjadi letusan. Jika magma bersifat fluid, maka lava yang
dihasilkan akan mengalir dengan cepat di permukaan lereng gunung. Pada
saat mengalir, lava ini mendingin, dan akhirnya menjadi batuan beku dan
membentuk kubah lava baru.
- Efflata (padat), yakni berupa
tepra atau material piroklastik. Terdiri atas batu, debu, bara, dan gas
yang mengalir menuruni lereng gunung dengan kecepatan sangat tinggi,
hingga mencapai 300km/jam. Masyarakat kita sering menyebutnya dengan nama
“Wedus Gembel”.
- Ekshalasi (gas), merupakan salah
satu material yang menyebabkan tingkat eksplosivitas Gunung Merapi, dimana
semakin tinggi kandungan gasnya, semakin kuat tekanannya, sehingga akan
menimbulkan erupsi eksplosif yang sangat besar. Gas yang banyak terkandung
pada magma Merapi adalah karbondioksida (CO2), uap air (H2O), dan
sulfurdioksida (SO2).
Bahaya Letusan
Ketika meletus, Gunung Merapi memiliki berbagai
jenis bahaya, di antaranya adalah bahaya primer dan bahaya sekunder.
Bahaya primer terdiri atas :
- Leleran
lava
- Aliran
piroklastik (wedus gembel)
- Jatuhan
piroklatik ( Terjadi dari letusan yang membentuk kolom asap yang sangat
tinggi, ketika energi vertikalnya habis, ia akan terbawa turbulensi angin,
dan jatuh menyebar di permukaan bumi. Endapan abu vulkanik ini dapat
merusak sektor agronomi. Selain itu sebaran abu ini di udara dapat
menggelapkan bumi untuk beberapa saat, dan menjadi ancaman bagi dunia
penerbangan).
- Lahar
letusan (lumpur panas)
- Gas
vulkanik beracun
Bahaya sekunder terdiri atas :
- Lahar
hujan (Terjadi apabila endapan material lepas hasil erupsi terangkut oleh
air hujan atau air permukaan)
- Banjir
bandang (Terjadi akibat lonsoran material vulkanik lama pada lereng karena
curah hujan yang tinggi)
- Longsoran
vulkanik (Terjadi akibat letusan gunung api, eksplosi uap air, alterasi
batuan pada tubuh gunung sehingga menjadi rapuh, atau terkena gunung api
berintensitas kuat yang menyebabkan terjadinya longsor)
Sejarah Erupsi
Dari catatan sejarah, Merapi diperkirakan telah
meletus sebanyak kurang lebih 100 kali sejak 1768 hingga 2015. Jika
dirata-rata, maka siklusnya kurang lebih berkisar di antara (2015-1768)/100=
2.47 tahun sekali. Inilah mengapa Gunung Merapi disebut gunung api paling aktif
di Indonesia karena seringnya ia mengalami erupsi.
Remarkable erruption atau erupsi-erupsi besar yang tertandai sepanjang
sejarah diantaranya adalah pada tahun 1872, 1930, dan 2010. Pada tahun 1872,
suara ledakan eksplosifnya terdengar hingga Kerawang-Madura, membentuk kawah
dengan lebar 480 x 600 meter persegi yang mebuka ke arah barat. Pada tahun 1930
erupsinya menewaskan sekitar 1.300 orang dan 2.100 binatang ternak. Dan yang
terakhir belum lama ini, pada tahun 2010 erupsi besar juga terjadi di Merapi.
Berikut adalah kronologi singkat prosedur tetap tingkat kegiatan gunung api
yang terjadi pada tahun 2010.
1.
|
Normal ke Waspada
(Level 1 ke 2)
|
-Muncul suam vulkanik (suam :
rentetan gempa vulkanik beruntun dalam waktu singkat) dengan amplitudo yang
besar yang menyebabkan rekahan pada tubuh gunung akibat pelepasan energi yang
besar.
-Asap sulfatara berwarna putih
kecoklatan, tekanan kuat vertikal ke atas.
-Gempa 100x per hari, dengan
deformasi tubuh gunung sebesar 15 cm/hari akibat tekanan magma. Suhu
sulfatara pada puncak mencapai 550 derajat celcius
|
2.
|
Waspada ke Siaga
(Level 2 ke 3)
|
-Gempa 200x per hari dengan deformasi
tubuh gunung sebesar 30cm per hari yang percepatannya signifikan, padahal
guguran lava belum terjadi dan belum ada morfologi kubah.
-CO2 yang merupakan hasil oksidasi
karbonmonoksida (CO) dalam kantong magma, dan merupakan indikator aktivitas
naiknya magma ke permukaan berada pada level 60%
|
3.
|
Siaga ke Awas
(Level 3 ke 4)
|
-Gempa 400x per hari dengan deformasi
tubuh gunung sebesar 50cm per hari. Inflasi deformasi terkuat di bagian
selatan-tenggara tubuh gunung.
-Tubuh gunung bergetar menghasilkan
tremor vulkanik
|
4.
|
Merapi meletus
|
-Gemuruh terdengar hingga 60km dari
puncak.
-Semburan awan panas dan gas
bertekanan tinggi menjebol kubah lava yang terbentuk pada erupsi 2006
-Semburan gas mendatar yang terdiri
atas debu dan pasir halus yang dinamai “directed blast” mencapai
radius 8km
-Awan panas dengan emisi hingga 500
ton per hari
-Kubah lava yang terbentuk hanya
dalam beberapa jam, memiliki volum 3.5 juta meter kubik
-Awan panas mencapai radius 15km di
Kali Gendol
-Morfologi puncak berubah menjadi
kawah dengan diameter 500m dan kedalaman 100m membuka ke arah selatan dan
tenggara.
-Skala VEI (Vulano Explocivity
Index) 4 dimana material yang dikeluarkan mencapai lebih dari
100juta meter kubik.
-358 korban jiwa, 3.000 rumah
terbakar habis tersapu awan panas, 3.000 binatang ternak mati, dan kerugian
yang ditimbulkan mencapai 3.5 Triliun rupiah.
|
Keadaan Sosial Masyarakat
Selain resiko bahaya menempati kawasan rawan
bencana, masyarakat Merapi nampaknya juga memperoleh sumber pencahariannya
dengan bergantung pada Gunung Merapi. Tentu saja, material yang dikeluarkan
oleh Merapi sangat bermanfaat bagi manusia baik langsung maupun tidak langsung.
Manfaat langsung misalnya digunakannya pasir dan batu vulkanik dalam
pembangunan. Sedangkan manfaat tidak langsungnya adalah bagaimana
material-material tersebut terendapkan dan menyuburkan tanah sehingga
bermanfaat bagi kehidupan pertanian di sekitar Merapi. Itulah sebabnya warga
sekitar Merapi kebanyakan bekerja sebagai penambang pasir dan petani.
Dalam meminimalisasi bahaya bencana yang mungkin
timbul, di sekitar Merapi telah diterapkan beberapa langkah mitigasi bencana,
di antaranya adalah :
- Tataruang wilayah berbasis
mitigasi bencana
- Kegiatan wajib latih
penganggilangan bencana
- Sistem peringatan dini
Referensi
Merapi Vulcano retrieved from http://www.volcanodiscovery.com/merapi.html
Tim Pembina OSN SSCIntersolusi. 2010. Menyongsong
OSN Geosains SMA. Yogyakarta: Intersolusi Pressindo
Educational Video “Mahaguru Merapi” by Kementrian ESDM in association with Badan
Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMB), and Badan Penyelidikan
dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Kebumian (BPPTK)
![]() |
Erupsi Merapi 2010 | http://www.antarafoto.com/peristiwa/v1288586402/erupsi-merapi |