Globel Wooble

Sunday, December 29, 2019

Haircare Rambut Rontok dan Ketombe

Di penghujung 2019, ada beberapa hal baik dan buruk yang terjadi yang aku syukuri baik karna menjadi hadiah maupun jadi pelajaran. Salah satu hal baik yang terjadi adalah : akhirnya aku terbebas dari rambut rontok dan ketombe 😁😁 Yeaaay. Luar biasa sekali prestasi ini.

Sampai Bulan September 2019 lalu, rambutku bener-bener.... rontok parah. Dan ketombean paraaah banget karna hampir 12 jam per day memakai hijab. Parahnya tuh sampe kayak iklan sampo ketombenya Mbak Agmo itu. Geli banget. Kalo rambut rontoknya, nggak tau lagi apakah ada kata yang bisa menggambarkan tingkat keparahannya. Beneran yang sampe disisirin rontok, dikeramasin rontok, diikat rontok, buat tidur rontok, dipegang tangan aja rontok. Sampe di lantai kamar tuh penuh banget sama rambut rontok aku. Walaupun tiap hari disapu. Every. Single. Morning. Ku sudah hopeless sekali dan sudah berniat untuk potong rambut lanang (iykwim).

Pada waktu itu, haircare ku adalah keramas (Sampo Dove : anti hairfall yang warna pitanya ijo itu loh) dan menggunakan hair tonic (Mustika Ratu Penyubur Rambut). Problemnya, semakin sering keramas, semakin banyak rontok. Semakin jarang keramas, semakin banyak ketombe. Sebuah persimpangan memang... 😭😭 Pernah suatu saat nyoba keramas mahal di Flau**rent salon, trus sama embaknya dibilang parah banget rontok dan ketombenya, jadi tidak di massage .... Hmmm... sebuah kerugian bukan.

Nah waktu itu, iseng banget aku dan seorang temanku inisialnya Rosiyem, strolling around Transmart karena abis makan dan gabut. Keisengan tersebut ternyata mengantarkan ku kepada oasis kehidupan rambutku : aka minyak kemiri (Niagara), yang harganya 13ribuan kalo nggak salah. Penampilan doi adalah seperti ini.
cr: www.gogobli.com
Minyak ini aku taro di botol semprotan kosong dan aku semprot+jadiin hair mask hampir setiap malam selama seminggu. Dari kulit kepala sampe ujung rambut. This is literally my holly grail! Rambut rontok ku berkurang lebih dari 50% di pemakaian pertama. Bener sih kata simbah-simbah soal minyak kemiri yang bagus banget buat kesehatan rambut. Nah tapi karna dia minyak, jadi paginya harus keramas agar tidak lepek. Mengingat sampo dove yang kebetulan abis juga, kemudian ku keramas menggunakan sampo baru hasil random pick di superindo, yakni Head and Shoulder yang anti hairfall. Penampakan nya seperti berikut.
cr: reviews.femaledaily.com
Setelah ganti sampo pun keliatan banget makin berkurang rontoknya. Dengan hasil yang begitu visible, aku makin semangat dong hair-care an nya. Tidak tanggung-tanggung, demi menyelamatkan rambut dari potongan lanang, aku membeli seperangkat alat keramas advance di shopeenya unilever berupa Dove hair creambath dan conditioner yang white tea. Pokoknya yang bentuk rupanya seperti berikut.
Dove Creambath (cr: dove.com)
Dove Conditioner (cr: dove.com)
Dengan rangkaian hair care di atas, aku udah pede bahwa aku telah menemukan basic hair care yang super strong. Tentu saja diikuti dengan perubahan kebiasaan seperti : tidak kuciran ketika rambut masih basah, telaten serta konsisten untuk hair-care-an. 3 minggu pemakaian dengan rutinitas keramas dan hairmask an 2 hari sekali membuat rambutku supeeeer terkendali. Rontok nggak sampe 10 helai pas sisiran. Amazed sekali aku tuh.😇

Tapiii masalah ketombe masih menghantui meskipun nggak sejahat dulu. Akhirnya setelah sampo HnS nya abis, aku ngeberaniin buat nyoba ini. Awalnya beli yang sachet an doang. Eh ternyata cocok. Ketombe hilang dan rambut nya pun nggak balik rontok. Trus beli yang botol gede deh sekarang. Meet my savior, Tresemme Scalp Care Shampoo.
cr: www.tresemme.com
Selain itu, aku makin iseng dan heddon membeli vitamin rambut, karna nggak tau, abis keramas trus kering, rambutnya masih kayak singa. Jadi ku beli ini ketika diskon. Nggak terlalu keliatan efeknya sih, karna emang udah ngga ada masalah rambutnya. Tapi nyenengin aja makenya, nggak tau kenapa. Hehehehe
Cr: https://reviews.femaledaily.com/
Btw, aku baru tau, ternyata kalo pake kondisioner dan vitamin rambut itu nggak boleh sampe kulit kepala. Karna akan memperparah kondisi ketombe kita. Ini juga penting banget selain nggak boleh jilbab an selama rambut masih basah. Hehehe

Setelah 2 bulan lebih rutin pemakaian, sekarang ini rambutku bahkan hampir tidak pernah rontok ketika disisir menggunakan sisir yang rapat. Mau keramas, mau ngelepas kunciran, mau jilbab an 24 jam juga ndak rontok heboh. Paling 1-2 helai aja pas keramas. Soooooo satisfied with the result. Ketombe pun ilang semua secara kasat mata (bcz I can't see whole of my head to see all hidden ketombe around my scalp). Tapi sekarang udah nggak gatal lagi, nggak ada rontokan salju di bahu maupun ketika di garuk-garuk gitu. Dan bonusnya, my hair is getting longer super fast, lebih lembut dan jatuh gitu. Seneng deh, gak jadi potong lanang finally 😎. Oh iya, sekarang juga rutinitas hair-care an nya diperjarang jadi 2 kali seminggu aja demi keberlangsungan dompet, hohoho. Tertarik untuk mencoba? 😀😁

Tuesday, December 10, 2019

Skincare Routine Budgeting... 😁😁

Pernah nggak sih temen-temen nyoba ngitung pengeluaran rutin buat skincare tip bulannya? Aku nyoba ngitung kan, dan ternyata banyak yah 😂 Padahal yang aku masukin cuma yang basic aja. Yang tiap abis di re-purchase maksudnya. Belum termasuk yang beli impulsif seperti sheetmask, serum-serum lucu, masker-masker organik, dll. Astagaaaaa... Penting banget buat bikin budgeting biar kekontrol impulsivitas nya 😁

My budgeting is listed as below :
Siang
1. Cleanser 
-Larissa Tea Tree Opaque Facial Wash (Rp 20.000/ 12 minggu)

2. Toner 
-Larissa Tea Tree Toner (Rp 18.000/ 6 minggu)

3. Serum
-Wardah C Defense (Rp 72.000/ 6 minggu)

4. Mouisturizer
-Wardah Perfect Bright Moisturizer SPF 28 (Rp 26.500/ 8 minggu)

5. Sunscreen
-Wardah Sun Care Sunscreen Gel SPF 30 (Rp 32.000/ 6 minggu)

6. Facemist
-Wardah C-Defense Face Mist (Rp 38.000/ 6 minggu)

Malam
1. Cleanser
-Wardah Eyexpert Eye & Lip Make Up remover (Rp 28.000/24 minggu)
-Wardah Nature Daily Seaweed Cleansing Micellar Water ( Rp 28.000/12 minggu)
-Larissa Milk Cleanser Tea Tree (Rp 22.000/ 6 minggu)
-Larissa Tea Tree Opaque Facial Wash
-ST Ives Oatmeal Face Srub (Rp 57.000/ 50 minggu)

2. Toner
- Larissa Tea Tree Toner 

3. Serum/Sheet Mask/Mouisturizer
-Sheetmask :
a. Emina Masquerade Face Mask Sunfloer Oil (Rp 11.500/ 2 minggu)
b. Emina Bright Stuff Essence Sheet Mask (Rp 11.500/ 4 minggu)
c. Garnier Bright Up Sheet Mask (Rp 14.500/ 4 minggu)

- Serum : Wardah C Defense

- Mouisturizer : Citra Fresh Glow Multifunction Gel Tomato Bright UV (Rp 18.000/ 20 minggu)


Wah banyak banget kan ternyata... 180ribu per bulan, belum termasuk make up loh. Padahaaal.... Kekhilafan lip cream dan blushon juga banyak 😓 Hmm... gimana mau nabung buat nikah kalo gini. Wkwkwk. Happy Reading :))

p.s. if you wanna see my review about these skin care routine, you can read it in here https://twitter.com/triswihanda/status/1204221677325783040?s=20

Friday, October 25, 2019

Vulcanotale #2 : Menapaki Kawah Gunung Kelut, Jawa Timur (ft Geofisika UGM 2014)

Pengukuran posisi menggunakan Metode GPS Geodetik di dalam Kawah Gunung Kelut
Halo teman-teman, Vulcanotale #2 kali ini mau membahas brief story pengalaman pribadi kuliah lapangan di Gunung Kelut, Jawa Timur. Inget nggak sih, tahun 2014 gunung ini pernah erupsi eksplosif sangat masif, bahkan di Jogja, abu vulkaniknya jauh lebih tebal dari erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang lokasinya lebih dekat. Nah, akhir tahun-awal tahun 2017-2018, aku  bersama para pejuang unyu Geofisika UGM 2014 berkesempatan untuk Kuliah Lapangan disana. Yuk simak cerita nya 😊😊😊
Pemandangan dari dalam Kawah Gunung Kelut (Desember, 2017)


Mahasiswa Geofisika UGM secara garis besar harus melewati 4 kuliah lapangan (fieldwork) besar selama 4 tahun kuliahnya (normal,kebanyakan lebih, termasuk aku 😂). Yang pertama ada Kuliah Lapangan Geologi (Karangsambung) di tahun kedua, Kuliah Lapangan Nonseismik (Pacitan) di tahun ketiga, dan di tahun keempat ada Kuliah Lapangan Fisika Gunung Api (tentatif) serta Fieldcamp (tentatif).



Bulan Desember, di tiap akhir tahun, Geofisika UGM mempunyai agenda tahunan yakni melaksanakan Kuliah Lapangan Fisika Gunung Api (FGA). Lokasinya berbeda-beda sesuai yang telah direncanakan setiap angkatan. Lokasinya dapat dimana saja, asal ada tanda-tanda kehidupan gunung api di bawah permukaan yang parameter fisis nya dapat dideteksi oleh alat-alat kami. Geofisika UGM pernah melaksanakan kuliah ini di Gunung Merapi, Dieng Plateau, Gunung Bromo, Parangwedang, Gunung Kelut, dan masih banyak lagi. Angkatan penulis, yakni Geofisika 2014, dan juga Geofisika 2015 kebetulan memutuskan tempat FGA yang sama, yakni Gunung Kelut, Jawa Timur. Kenapa ya kira-kira?

Jadi, Kuliah Lapangan FGA terakhir kali dilakukan di Gunung Kelut adalah sebelum erupsi effusif dan pembentukan kubah lava tahun 2007. Selanjutnya, seperti yang sebelumnya sempat disinggung, Gunung Kelut juga sudah melewati fase erupsi eksplosif yang terjadi tahun 2014 lalu. Nah, kuliah lapangan ini diharapkan dapat memberikan informasi kondisi bawah permukaan Gunung Kelut setelah kedua event besar tersebut.

Persiapan kuliah lapangan ini dilakukan sejak setahun sebelumnya. Kuliah Lapangan Geofisika ini selalu menyenangkan dan melelahkan bahkan sejak perencanaannya. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok belajar untuk mempelajari tiap metode geofisika yang akan di akuisisi sesuai dengan kecocokan parameter fisis, rencana target, desain survei, lokasi survei, manajemen waktu, dan lain-lain. Beberapa metode yang akhirnya disepakati diantaranya adalah Metode (1) Gravitasi, (2) Geomagnetik, (3) Self Potential, (4) Audio Magnetotelurik, (5) Geolistrik, (6) Very-low Frequency, dan (7) Pengukuran Suhu. Selain itu adapula metode cadangan yakni pengamatan data seismologi ketika erupsi pada tahun 2014 dari Pos Pengamatan Gunung Kelut. Lengkap sekali bukan? (Sudah bayar mahal dan menyita banyak fokus, jadi serakah semua pengen dipelajarin xD). 

Btw kaku banget yah bahasanya 😂 Alert : This gonna be a long post. But it may worth your read 😂


Di kepanitiaan FGA, aku kebagian jadi anak buah Om Iman di divisi Survei dan Perijinan. Sungguh sesuai dengan aku yang pecicilan. Dua bulan sebelum pelaksanaan, aku dan beberapa teman lainnya melakukan survei ke daerah penelitian untuk menyelesaikan perizinan dan melakukan survei awal mengenai keterjangkauan daerah survei. Semua itu dirangkum menjadi satu : karyawisata eksklusif . Kenapa eksklusif? Karna waktu itu, kawasan kawah Gunung Kelut belum dibuka untuk umum dan masih dalam wilayah proyek. Jadi dengan dalih penelitian, kami mendapat izin untuk masuk ke kawah ketika wisatawan lainnya hanya sampai di pintu masuk menuju kawah.
Bersama rekan satu-satunya cewek sobat ambyar yang ikut survei, Ferda (September, 2017)


Kuliah Fisika Gunung Api ini dilaksanakan selama 5 hari lapangan, dan total 8 hari beserta perjalanan dan presentasi akhir. Jadwal kami sehari-harinya dirangkum di tabel berikut.


Suasana Presentasi bersama Pak Imam

Di lapangan, sehari-hari kami seangkatan dibagi menjadi beberapa kelompok yang diacak sedemikian rupa sehingga setiap harinya akan bersama kombinasi orang yang  berbeda. Ini bertujuan agar semua orang tidak hanya mengandalkan perorangan aja untuk menguasai metode akuisisi dan processingnya. Jadi semua orang akan dipaksa untuk belajar semua metode setiap harinya. Selain itu setiap hari tiap orang akan dapet metode geofisika yang beda-beda. Aku sendiri dapet jadwal sbb:

H1 : AMT/Audio Magnetotelluric/Metode EM yang baru bentangin satu titik kemudian alatnya ngaco. Alatnya ngambek dan nggak mau dipake sehingga kami kembali ke Basecamp dan berakhir dengan ngolah data seismologi erupsi Gunung Kelut tahun 2007. Sebenarnya, metode ini dapat memberikan informasi mengenai sebaran resistivitas vertikal di bawah permukaan dengan jangkauan kedalaman yang sangat besar (untuk alat ini bisa sampai 1 km, sebenarnya). Tapi apalah daya alatnya emang suka ngambek gitu. Kayak aku.
Satu-satunya foto estetik bersama stratagem di Fieldwork kali ini. Karena setelah ini alatnya ngambek xD (27 Desember 2017)
H2 : Geolistrik dipol-dipol. Alhamdulillah ini lancar dan datanya sesuai target. Dan masuk area kawah pertama kali. Nah kalau ini digunakan untuk memetakan persebaran resistivitas pada zona yang dekat dengan permukaan (near surface). Meskipun jangkauan kedalaman nya lebih kecil dari AMT, namun metode ini dapat menghasilkan profiling resistivitas yang lebih baik resolusinya.
Foto bersama tim geolistrik hari itu. Bersama mas Ahre GF12 dan Mbak Sarah GF13 yang dengan sabar dan rebahan menemani kami akuisisi data (28 Desember 2017)
H3 : Magnetik. Tersangka utama yang menyebabkan muka ku kebakar, literally gosong, ngelupas, perih, wes ireng tambah ireng, dll. Puanase Masya Allah. Adanya Gus Mangklek di kelompok tidak serta merta membuat hari itu menjadi adem L Walaupun begitu tetep puas karena dapet foto estetik macam ini :

Metode magnetik ini outputnya adalah berupa peta anomali medan magnet residual yang dapat memberikan informasi mengenai kondisi bawah permukaan yang dikontrol oleh sumber anomali magnetik.
Foto tim metode magnetik bersama Mas Asisten militan : Mas Dheny GF13
H4 : Gravity for lyfe because this is my favorite method 💓. Titik pertama langsung tracking ke puncak dan ngukur di tepi tebing. Seru sih. Best day lah ini pokoknya 😂
Nah, metode gravitasi sendiri dapat memberikan informasi persebaran densitas di bawah permukaan. Bahkan bisa digunakan untuk mengetahui posisi dan bentuk dari kantong magma di bawah permukaan Gunung Kelut ini jika sebaran datanya baik. Namun, kondisi topografi di Kelut ini sangat curam dan hanya sedikit area yang dapat diakses. Sehingga hasil interpretasinya pun akan terbatas.
Foto bareng di Puncak Lirang setelah dapet data. Bareng mas asisten terbaik mas kesawa GF12 dan mas adit GF13. Dan juga mbak mbak galak yang ternyata kocak, aka mbak itak (30 Desember 2017)



Aku dan bebi gravity meter kecintaan saat membantu Gus Mangklek mengintip jarum pegas (30 Desember 2017)

H5 : Kayaknya SP kalo nggak salah. Soalnya asistene Mas Kempot xD. Ya ini seru juga sih. Hari terakhir dapat lokasi di kawah. Jadi masih bisa foto estetik, hehe. Metode lain kebanyakan hari terakhir udah di luar kawah soalnya.
Nah, walaupun metode ini alatnya paling kecil dan simpel, sesungguhnya metode "Self Potential" ini sangat powerful lo. Metode ini dapat memberikan informasi mengenai zona-zona lemah di sekitar kawah Gunung Api yang ditandai dengan tingginya nilai konduktivitas. Jadi bisa digunakan ntuk memetakan arah orientasi zona lemahnya dan dihubungkan dengan struktur geologi di bawahnya. Keren kan. Nah tapi ilmuku cetek sekali di bidang per-SP-an ini. Otak ku perlu di setrum dulu biar paham konsep COP-COP an SP. Wkwkwk


Hari ke 5 bersama Om-om kuli gulung kabel dan gembot multimeter tercinta (31 Desember 2017). Diambil di bawah magnificent coloumnar joint di dalam Kawah Gunung Kelut

Selain foto-foto diatas, berikut adalah beberapa foto lainnya yang bisa memberikan gambaran kegiatan Kuliah Lapangan Fisika Gunung Api tahun 2017-2018 lalu.




Kawah dan para penyu Geofisika 14. Terlihat seperti tengu di gumuk pasir luar angkasa.
Walaupun kalau dari foto, Kawah Gunung Kelut terlihat sempit, pada kenyataannya kawah ini sangat luas sekali. Kuliah lapangan disini sangat menyadarkan bagaimana kami, manusia-manusia pecicilan ini, sangatlah kecil dibandingkan alam dan ciptaan-Nya yang lain.


Kami dapat ngglengsor dimana saja. Beruntung pasir di kawah kelud sangat ndlengsorable


Proses akuisisi data Gravity dan GPS dengan background Kawah Gunung Kelut dengan air sulfurnya
 Kalau pemandangan pas akusisinya ja kayak gini, siapa yang nggak betah coba? :D


Foto sesudah selesai presentasi paper dengan wajah ngantuk dan lemas lesu setelah begadang ngolah data dan bikin paper. Beginilah kondisi basecamp (Aula Pos PGA Gunung Kelut), tempat presentasi merangkap ruang makan, merangkap ruang ngolah data, merangkap tempat tidur cowok-cowok.
Nah segitu dulu ceritanya. Tadinya sempat berfikir untuk nulis sedikit-sedikit tentang hasil risetnya. Selain itu, tepat setahun berikutnya, yakni 26 Desember 2018 s.d 8 hari berikutnya, aku kembali ikut FGA kedua kalinya, dengan tanggung jawab yang lain yakni sebagai asisten gravity. Mau diceritain juga sebenernya pengalamannya. Tapi akan jadi super panjang banget postingannya. Apakah perlu dibikin part 2 ? Hehehe

Credit Picture
-Personal Documentation
-PDD of Panitia FGA Angkatan 2014

Tuesday, October 1, 2019

Rebuild My Mind Palace

Nowadays, I have more time to observe more new people. It is because the world of fresh-graduate like mine is full of new things and new circles. So many things to learn, so many people to quickly adapt and understand. My brain is often not responding because of its work overloaded by great amount of data. So, here I am, need a space to distract myself from all of work craziness and to drain my thought. The ideas of restart and rebuild this web-blog itself is so overwhelming for me. And I am so excited to write whatever I want to write here. Welcome again, to the skyline. Everything is in here :)

"People change everyday. And so does their characteristic. They are developing, day by day. So, it doesn't matter if you know them just for a little while. The important thing is that you quickly understand their current character, follow their flow, and know how to handle them"

This thought is my summary of many things that happened around me, which also happened to me. No matter how long you know someone, it doesn't guarantee you will know him/her better. Except you always follow their update and keep in touch with them. The otherwise, this is our chance, to meet new people. Develop our mutual relation which beneficial for all parties and build a warm atmosphere to live together ahead. How do you think about it?


Have an enjoyable day ! ^^
-Tris-

A Note of My 25th Years

 If I'm lucky enough, I would be 25 this November 2021. What have I achieved in these past years? Ketika membaca materi tentang kesehata...